Beberapa jenis kambing perah Paling Populer
Beberapa jenis pakan kambing yang paling populer.Pada dasarnya, semua jenis kambing bisa menghasilkan susu. Namun, jumlah produksi susu setiap jenis kambing berbeda-beda sehingga hanya kambing yang produksi susunya tinggi yang dikategorikan sebagai kambing perah. Ada banyak jenis kambing perah didunia. Kebanyakan jenis kambing ini hidup di daerah subtropis. Beberapa jenis diantaranya telah diintroduksi di Indonesia.
Kambing Jamnapari
Kambing Jamnapari berasal dari India. Kambing ini merupakan ras penghasil susu yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Produksi susunya bisa lebih dari tiga liter per hari. Populasi kambing ini paling banyak terdapat didaerah Etawa, Uttar Pradesh, India, sehingga biasa disebut kambing etawa.
Kambing ini memiliki habitat didaerah pegunungan disepanjang sungai Jamuna dan Sungai Cambal. Kambing jamnapari merupakan nenek moyang dari beberapa jenis kambing perah di berbagai belahan dunia seperti kambing anglo-nubian, american nubian, dan PE di Indonesia.
Kambing ini berukuran besar. Bobot tubuh etawa jantan bisa mencapai sekitar 100 kg, sedangkan yang betina cenderung lebih ringan 10-20 kg.
Tinggi punggung pada pejantan antara 91-127 cm dan betina 76-107 cm. Kambing ini memiliki muka cembung. Tanduknya kecil, melengkung ke belakang, telinga nya panjang dan terkulai kebawah.
Kambing etawa memiliki gelambir yang panjang dan berbulu lebat di bawah leher. Kambing ini berwarna putih pada bagian tubuh hitam atau coklat pada bagian kepala. Kaki belakang pada kambing ini memiliki bulu yang lebat dan panjang.
Kambing Peranakan Etawa
Kambing peranakan etawa atau biasa disebut PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal dengan kambing perah jamnapari atau etawa. Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang potensial dan banyak dikembangkan di Indonesia karena jenis kambing ini sudah beradaptasi dengan kondisi iklim di negeri ini. Ada beberapa ras kambing PE, antara lain sebagai berikut.
PE kaligesing
PE kaligesing merupakan hasil persilangan antara kambing jamnapari atau etawa, yang masuk ke Indonesi dari India pada tahun 1930, dengan kambing lokal didaerah kaligesing, puworejo, Jawa tengah. PE kaligesing kemudian ditetapkan sebagai kambing galur lokal Jawa Tengah melalui surat keputusan Menteri pertanian RI No.2591/Kpts/PD.400/7/2010.
PE kaligesing mampu memproduksi susu antara 0,5-3 liter per hari. Dalam hal reproduksi , kambing ini memiliki kecenderungan melahirkan anak kembar atau lebih dari satu. Angka kelahirannya tinggi, bisa mencapai 85%. Kambing PE kaligesing mulai berahi sekitar umur 10 bulan. Lama kebuntingannya 149-154 hari atau 5 bulan. Kidding interval atau jarak beranak sekitar 8 bulan. Kambing kaligesing mudah diternak karena mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tidak pilih-pilih pakan.
PE kaligesing memiliki ciri fisik antara lain postur tubuh besar, tegap, dan kokoh. Warna bulunya merupakan kombinasi hitam dan putih, bagian kepalanya tegak dengan muka cembung. Kambing ini memiliki tanduk yang kecil melengkung kebelakang. Telinganya lebar, panjang, menggantung, dan ujung nya melipat. Ekornya pendek dan mengarah ke atas atau ke belakang. Kaki belakangnya berbulu lebat dan panjang.
PE senduro
Tahun 1947, kambing jamnapari dari etawa, Uttar Pradesh, India, dimasukkan ke Indonesia untuk disilangkan dengan kambing menggolo. Kambing menggolo merupakan kambing lokal di daerah Senduro, Lumajang, Jawa Timur, yang terletak dikaki Gunung Semeru. Hasil persilangan ini menghasilkan kambing etawa ras senduro atau disebut PE senduro.
PE senduro memiliki kemampuan produksi susu yang sama dengan PE kaligesing, begitu juga dengan reproduksinya. Ciri fisiknya pun hampir sama, hanya pola warna pada tubuh yang berbeda. Bulu kambing PE senduro didominasi warna putih sehingga sering disebut senduro putih.
PE jawarandu
Kambing PE jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing jamnapari atau etawa dengan kambing kacang, yang juga dikenal dengan nama kambing bligon, gumbolo, atau koplo. Ciri fisiknya memperlihatkan kemiripan dengan kambing PE kaligesing maupun PE senduro. Hanya saja, kambing PE jawarandu memiliki warna bulu kombinasi putih dan coklat.Potensi produksi susu PE jawarandu bisa mencapai 1, 5 liter per hari.
Kambing Saenen
Kambing perah ini berasal dari lembah Saenen, Swiss. Meskipun ukuran tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala yang relatif kecil, lancip, dengan leher yang relatif panjang. Telinganya berukuran sedang, tegak, dan mengarah ke depan. Warna bulunya putih atau krem.
Kambing saenen merupakan kambing perah yang populer di Eropa. Potensi produksi susunya bisa mencapai 5 liter per hari. Karena produksi susunya yang sangat tinggi, kambing saenen dijuluki sebagai ratu kambing perah. Sayangnya, kambing saenen agak sulit beradap tasi dengan iklim tropis dan tidak tahan dengan paparan sinar matahari langsung didaerah tropis sehingga sulit berkembang di Indonesia. Pengembangan nya di Indonesia dilakukan dengan cara disilangkan dengan kambing peranaklan etawa.
Kambing Sapera
Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing saenen dengan kambing PE. Nama sapera merupakan singkatan dari "saenen-peranakan etawa". Seperti halnya PE, saera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah Indonesia karena pengembangannya dilakukan oleh anak negeri ini.
Kambing sapera memiliki postur tubuh mendekati kambing PE. Hasil produksi susunya bisa mencapai 4-5 liter per hari. Namun, masih sulit untuk menemukan bibit kambing ini karena upaya persilangannya masih ditahap awal sehingga masih membutuhkan upaya dan waktu lebih untuk mengembangkannya.
Kambing Alpines
Kambing ini berasal dari pegunungan Alpine, perancis. Kambing ini juga tersebar di Swiss dan Amerika. Warna bulu nya putih, hitam, dan cokelat. Telinganya berukuran sedang dan mengarah ke atas. Bobot tubuh kambing jantan bisa mencapai 90 kg dan kambing betina mencapai 65 kg. Produksi susu kambing ini bisa mencapai 600 kg dalam satu masa laktasi.
Kambing Anglo-Nubian
Nenek moyang kambing perah anglo-nubian adalah kambing Jamnapari dan kambing asal Afrika dari wilayah Nubia. Di Inggris, hasil persilangan kedua jenis kambing itu disebut anglo-nubian. Kambing ini memiliki telinga yang panjang menjuntai . Bulu pada tubuhnya berwarna merah kehitaman dan cokelat dengan kombinasi warna putih.
Kambing anglo-nubian memiliki ambing yang besar. Produksi susunya bisa mencapai 700 kg dalam satu masa laktasi. Kambing ini mampu beradaptasi didaerah tropis sehingga terkadang dipakai untuk grading up atau perbaikan keturunan kambing lokal agar diperoleh hasil susu yang lebih baik.
Kambing Toggenburg
Swiss merupakan negara yang cocok untuk perkembangbiakan kambing perah. Selain memiliki kambing saenen, Swiss juga memiliki kambing toggenburg yang juga merupakan tipe kambing perah. Kambing ini sudah lama diusahakan manusia sebagai penghasil susu. Kambing ini berukuran sedang, rata-rata bobot tubuhnya sekitar 55 kg. Produksi susunya juga masih dibawah kambing saenen, yaitu sekitar 3 liter per hari.
Kambing Jamnapari
Kambing Jamnapari berasal dari India. Kambing ini merupakan ras penghasil susu yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Produksi susunya bisa lebih dari tiga liter per hari. Populasi kambing ini paling banyak terdapat didaerah Etawa, Uttar Pradesh, India, sehingga biasa disebut kambing etawa.
Kambing ini memiliki habitat didaerah pegunungan disepanjang sungai Jamuna dan Sungai Cambal. Kambing jamnapari merupakan nenek moyang dari beberapa jenis kambing perah di berbagai belahan dunia seperti kambing anglo-nubian, american nubian, dan PE di Indonesia.
Kambing ini berukuran besar. Bobot tubuh etawa jantan bisa mencapai sekitar 100 kg, sedangkan yang betina cenderung lebih ringan 10-20 kg.
Tinggi punggung pada pejantan antara 91-127 cm dan betina 76-107 cm. Kambing ini memiliki muka cembung. Tanduknya kecil, melengkung ke belakang, telinga nya panjang dan terkulai kebawah.
Kambing etawa memiliki gelambir yang panjang dan berbulu lebat di bawah leher. Kambing ini berwarna putih pada bagian tubuh hitam atau coklat pada bagian kepala. Kaki belakang pada kambing ini memiliki bulu yang lebat dan panjang.
Kambing Peranakan Etawa
Kambing peranakan etawa atau biasa disebut PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal dengan kambing perah jamnapari atau etawa. Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang potensial dan banyak dikembangkan di Indonesia karena jenis kambing ini sudah beradaptasi dengan kondisi iklim di negeri ini. Ada beberapa ras kambing PE, antara lain sebagai berikut.
PE kaligesing
PE kaligesing merupakan hasil persilangan antara kambing jamnapari atau etawa, yang masuk ke Indonesi dari India pada tahun 1930, dengan kambing lokal didaerah kaligesing, puworejo, Jawa tengah. PE kaligesing kemudian ditetapkan sebagai kambing galur lokal Jawa Tengah melalui surat keputusan Menteri pertanian RI No.2591/Kpts/PD.400/7/2010.
PE kaligesing mampu memproduksi susu antara 0,5-3 liter per hari. Dalam hal reproduksi , kambing ini memiliki kecenderungan melahirkan anak kembar atau lebih dari satu. Angka kelahirannya tinggi, bisa mencapai 85%. Kambing PE kaligesing mulai berahi sekitar umur 10 bulan. Lama kebuntingannya 149-154 hari atau 5 bulan. Kidding interval atau jarak beranak sekitar 8 bulan. Kambing kaligesing mudah diternak karena mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tidak pilih-pilih pakan.
PE kaligesing memiliki ciri fisik antara lain postur tubuh besar, tegap, dan kokoh. Warna bulunya merupakan kombinasi hitam dan putih, bagian kepalanya tegak dengan muka cembung. Kambing ini memiliki tanduk yang kecil melengkung kebelakang. Telinganya lebar, panjang, menggantung, dan ujung nya melipat. Ekornya pendek dan mengarah ke atas atau ke belakang. Kaki belakangnya berbulu lebat dan panjang.
PE senduro
Tahun 1947, kambing jamnapari dari etawa, Uttar Pradesh, India, dimasukkan ke Indonesia untuk disilangkan dengan kambing menggolo. Kambing menggolo merupakan kambing lokal di daerah Senduro, Lumajang, Jawa Timur, yang terletak dikaki Gunung Semeru. Hasil persilangan ini menghasilkan kambing etawa ras senduro atau disebut PE senduro.
PE senduro memiliki kemampuan produksi susu yang sama dengan PE kaligesing, begitu juga dengan reproduksinya. Ciri fisiknya pun hampir sama, hanya pola warna pada tubuh yang berbeda. Bulu kambing PE senduro didominasi warna putih sehingga sering disebut senduro putih.
PE jawarandu
Kambing PE jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing jamnapari atau etawa dengan kambing kacang, yang juga dikenal dengan nama kambing bligon, gumbolo, atau koplo. Ciri fisiknya memperlihatkan kemiripan dengan kambing PE kaligesing maupun PE senduro. Hanya saja, kambing PE jawarandu memiliki warna bulu kombinasi putih dan coklat.Potensi produksi susu PE jawarandu bisa mencapai 1, 5 liter per hari.
Kambing Saenen
Kambing perah ini berasal dari lembah Saenen, Swiss. Meskipun ukuran tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala yang relatif kecil, lancip, dengan leher yang relatif panjang. Telinganya berukuran sedang, tegak, dan mengarah ke depan. Warna bulunya putih atau krem.
Kambing saenen merupakan kambing perah yang populer di Eropa. Potensi produksi susunya bisa mencapai 5 liter per hari. Karena produksi susunya yang sangat tinggi, kambing saenen dijuluki sebagai ratu kambing perah. Sayangnya, kambing saenen agak sulit beradap tasi dengan iklim tropis dan tidak tahan dengan paparan sinar matahari langsung didaerah tropis sehingga sulit berkembang di Indonesia. Pengembangan nya di Indonesia dilakukan dengan cara disilangkan dengan kambing peranaklan etawa.
Kambing Sapera
Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing saenen dengan kambing PE. Nama sapera merupakan singkatan dari "saenen-peranakan etawa". Seperti halnya PE, saera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah Indonesia karena pengembangannya dilakukan oleh anak negeri ini.
Kambing sapera memiliki postur tubuh mendekati kambing PE. Hasil produksi susunya bisa mencapai 4-5 liter per hari. Namun, masih sulit untuk menemukan bibit kambing ini karena upaya persilangannya masih ditahap awal sehingga masih membutuhkan upaya dan waktu lebih untuk mengembangkannya.
Kambing Alpines
Kambing ini berasal dari pegunungan Alpine, perancis. Kambing ini juga tersebar di Swiss dan Amerika. Warna bulu nya putih, hitam, dan cokelat. Telinganya berukuran sedang dan mengarah ke atas. Bobot tubuh kambing jantan bisa mencapai 90 kg dan kambing betina mencapai 65 kg. Produksi susu kambing ini bisa mencapai 600 kg dalam satu masa laktasi.
Kambing Anglo-Nubian
Nenek moyang kambing perah anglo-nubian adalah kambing Jamnapari dan kambing asal Afrika dari wilayah Nubia. Di Inggris, hasil persilangan kedua jenis kambing itu disebut anglo-nubian. Kambing ini memiliki telinga yang panjang menjuntai . Bulu pada tubuhnya berwarna merah kehitaman dan cokelat dengan kombinasi warna putih.
Kambing anglo-nubian memiliki ambing yang besar. Produksi susunya bisa mencapai 700 kg dalam satu masa laktasi. Kambing ini mampu beradaptasi didaerah tropis sehingga terkadang dipakai untuk grading up atau perbaikan keturunan kambing lokal agar diperoleh hasil susu yang lebih baik.
Kambing Toggenburg
Swiss merupakan negara yang cocok untuk perkembangbiakan kambing perah. Selain memiliki kambing saenen, Swiss juga memiliki kambing toggenburg yang juga merupakan tipe kambing perah. Kambing ini sudah lama diusahakan manusia sebagai penghasil susu. Kambing ini berukuran sedang, rata-rata bobot tubuhnya sekitar 55 kg. Produksi susunya juga masih dibawah kambing saenen, yaitu sekitar 3 liter per hari.
Komentar
Posting Komentar